PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN DENGAN
PENDEKATAN
PROBLEM POSING TERHADAP MINAT
BELAJAR
DAN PEMAHAMAN IPA SISWA SMP
I. Istiana, Hartono,
P. Dwijananti
Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri
Semarang,
Semarang, Indonesia
Abstrak
Guru bertanggung
jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan
ini bergantung pada upaya guru membangkitkan minat belajar siswanya. Model pembelajaran
POE (predict-observe-explain) dengan
pendekatan problem posing merupakan
upaya pembelajaran secara kongkret untuk menumbuhkan minat belajar siswa
sehingga memperoleh pemahaman yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap minat belajar
dan pemahaman. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Pada kelas
eksperimen diterapkan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing, sedangkan pada kelas
kontrol diterapkan model pembelajaran ceramah, diskusi dan tanya jawab. Data
dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, tes, observasi dan angket. Berdasarkan
hasil penelitian, model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing berpengaruh positif terhadap minat belajar dan
pemahaman siswa.
Kata kunci: minat, pemahaman, POE (predict-observe-explain) dan problem posing.
Abstract
Teachers have responsible
for making teaching and learning system that works so well. The success of
teaching and learning activities, depends on the teacher’s effort to improve
student’s learning interest. Learning method POE (predict-observe-explain) with problem
posing approach learning in a concrete effort to foster interest in
learning so that students gain a good comperehension. This research aims to
analyze the influence learning method POE with problem posing approach to interest in learning and comprehension.
This research uses an experimental method. In the experimental class applied
learning model POE with problem posing approach, while the learning method
applied to the control class lectures, discussion and question and answer. Data
collected by the technique of documentation, testing, observation and
questionnaires. Based on the results of research, learning model POE with
problem posing approach positively affected students' interest in learning and comprehension.
Keywords: interest, comprehension, POE (predict-observe-explian), and problem posing.
PENDAHULUAN
Belajar IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip akan tetapi siswa melakukan suatu proses penemuan. Belajar
IPA merupakan proses aktif, keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk
belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan
berpikir dalam belajar IPA. Namun, pada kenyataannya tidak semua harapan dalam
proses belajar IPA dapat terwujud. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru
IPA SMP Ma’arif NU 1 Ajibarang ada
beberapa faktor-faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam mata pelajaran
IPA yang disebabkan kelemahan siswa dalam belajar IPA. Pertama, kurangnya keterlibatan siswa, komunikasi dan kerjasama
dalam proses belajar mengajar. Kedua,
siswa cenderung untuk mencontoh temannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan guru. Ketiga, kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, hal tersebut terlihat
pada nilai rata-rata mata pelajaran IPA fisika adalah 68, sedangkan KKM untuk
IPA yaitu 71.
Hasil
belajar siswa rendah juga disebabkan kurangnya minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran IPA. Slameto (2003) menyebutkan bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya minat siswa
untuk belajar IPA yaitu model pembelajaran yang digunakan guru selama proses
pembelajaran kurang menarik siswa. Menurut Wiyanto (2003) dalam mengajarkan
Sains, guru sering menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan
observasi awal di sekolah, pelaksanaan pembelajaran cenderung kurang melibatkan
siswa, siswa kurang berani bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Hal yang
paling sering dikeluhkan siswa adalah kehadiran rumus-rumus yang begitu banyak dan
susah diingat disebabkan karena penyampaian konsep IPA yang abstrak. Kondisi
tersebut menyebabkan beberapa siswa tidak tuntas dalam pembelajaran IPA
sehingga dibutuhkan model pembelajaran baru yang dapat menjadi solusi bagi
permasalahan yang ada dalam pembelajaran IPA. Salah satu alternatif model
pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing.
Model
Pembelajaran POE adalah metode pembelajaran yang menggali pemahaman siswa
melalui tiga tahapan yaitu memprediksi hal yang akan terjadi, membuktikan prediksi
melalui pengamatan dan menjelaskan dari apa yang telah diprediksi dan diamati (Mthembu,
2002). Metode tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
kongkrit, sehingga siswa memiliki pemahaman yang benar dan kuat terhadap materi
yang dipelajari. Namun, metode tersebut kurang melatih siswa untuk membuat
masalah yang diwujudkan dalam bentuk soal, sehingga dibutuhkan pendekatan yang
dapat menutupi kekurangan dari model POE. Pendekatan yang cocok dengan model
tersebut adalah pendekatan problem posing.
Problem
posing
intinya meminta siswa untuk membuat atau mengajukan masalah (soal) baru sebelum,
selama, atau sesudah menyelesaikan masalah awal yang diberikan. Jenis soal yang
diajukan siswa adalah mengenai materi dari pembelajaran yang diperoleh
(Siswono, 2005). Pengetahuan siswa dengan pendekatan ini dapat dikembangkan
dari yang sederhana hingga pengetahuan yang kompleks. Selain itu, siswa akan
belajar sesuai dengan tingkat berfikirnya. Mereka akan belajar dengan problem posing sesuai dengan pengetahuan
yang mereka miliki sebelumnya. Walaupun begitu, pendekatan problem posing memiliki kekurangan yaitu materi yang disampaikan
dalam pembelajaan sedikit karena siswa lebih dituntut untuk membuat soal dan
menyelesaikannya dan pembelajaran masih bersifat abstrak. Oleh karena itu,
dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, sangat cocok jika model
pembelajaran POE digabungkan dengan pendekatan problem posing sehingga dapat digunakan untuk alternatif solusi
dari masalah yang telah dipaparkan.
Model
pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing adalah model pembelajaran
yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu memprediksi (predict), mengamati (observe),
dan menjelaskan (explain), dimana
kegiatan problem posing dapat
dilakukan dengan membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan setelah siswa melaksanakan
observasi (observe). Adapun
keunggulan yang dimiliki dari metode POE
dengan pendekatan problem posing adalah (1) Memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengamati proses secara kongkrit terhadap peristiwa yang dipelajari
sehingga akan menumbuhkan pemahaman yang kuat terhadap konsep materi yang
mereka pelajari. (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengajukan
masalah lewat membuat soal serta menyelesaikannya sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya. (3) Pembelajaran didominasi oleh siswa sehingga dapat
membangkitkan kreatifitas serta keaktifan dan dapat menumbuhkan minat pada diri
siswa. (4) Melatih siswa untuk bersikap ilmiah dan dan berpikir kritis. (5)
Membantu guru untuk mencapai tujuan yang lebih efektif dan efisien.
Permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penerapan model
pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing terhadap minat belajar dan pemahaman siswa SMP pada mata pelajaran
IPA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan model
pembelajaran dengan pendekatan problem
posing terhadap minat belajar dan
pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA.
METODE
Populasi penelitian
adalah semua siswa kelas VIII Smp Ma’arif NU 1 Ajibarang tahun ajaran 2011/2012.
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik random. Sampel diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas VIIIB sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIIIC sebagai kelas kontrol. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah control
group pretest–postest design.
Tabel.1 Desain Penelitian
Kelompok
|
Pre-test
|
Perlakuan
|
Post-test
|
eksperimen
|
tes awal
|
model pembelajaran POE dengan
pendekatan problem posing
|
tes akhir
|
kontrol
|
tes awal
|
model pembelajaran ceramah, diskusi
dan tanya jawab
|
tes akhir
|
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
metode dokumentasi, tes, observasi dan angket. Metode dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan daftar nama siswa dan daftar nilai ulangan harian. Metode tes
mengukur pemahaman siswa mengenai materi tekanan. Test yang digunakan berupa
tes objektif berbentuk pilihan ganda. Metode observasi digunakan untuk mengukur
unjuk kerja dan sikap siswa. Metode angket dalam penelitian ini terdiri dari 2
macam yaitu (1) angket minat, berguna
untuk mengetahui minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
diberikan pada awal sebelum mendapat perlakuan dan akhir setelah mendapatkan
perlakuan. (2) angket refleksi, berguna untuk mengetahui ketertarikan dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk
memperoleh instrumen yang sesuai dengan yang diharapkan maka sebelum digunakan
untuk penelitian dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda,
dan tingkat kesukarannya. Data yang diperoleh dari penelitian berupa pemahaman
dan minat belajar kemudian dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas,
uji kesamaan dua varians, uji ketuntasan pemahaman, uji perbedaan dua
rata-rata, uji regresi linier sederhana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.
Hasil Pengukuran Minat Belajar
Prosentase Nilai
|
Kriteria minat
|
Kelas eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
||
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
||
85,00% - 100,00%
|
Sangat tinggi
|
-
|
5
|
|
1
|
69,00% - 84,99 %
|
Tinggi
|
20
|
25
|
26
|
27
|
53,00% - 68,99%
|
Sedang
|
15
|
5
|
10
|
8
|
37,00% - 52,99%
|
Rendah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25,00% - 36,99%
|
sangat rendah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah siswa
|
35
|
35
|
36
|
36
|
|
Rata-rata
|
72,11
|
76,82
|
71,94
|
73,92
|
|
Nila maksimum
|
82,5
|
88,75
|
78,75
|
85
|
|
Nilai minimum
|
63,75
|
67,5
|
63,75
|
65
|
Tabel 3. Hasil Tes Pemahaman Siswa
|
eksperimen
|
kontrol
|
||
pretes
|
postes
|
Pretes
|
postes
|
|
Nilai tertinggi
|
64,29
|
96,42
|
64,29
|
85,71
|
Nilai terendah
|
25
|
64,29
|
25
|
53,57
|
Rata-rata
|
41,33
|
78,78
|
44,54
|
71,83
|
Perubahan
|
37,45
|
27,28
|
||
Ketuntasan
|
86%
|
69%
|
Tabel
4. Hasil Penilaian Unjuk Kerja dan Sikap Siswa
|
Unjuk kerja
|
Sikap
|
Rata-rata nilai kelas eksperimen
|
79,19
|
79,52
|
Rata-rata nilai kelas kontrol
|
76,25
|
76,80
|
Tabel 5. Hasil Persamaan Regresi
|
Regresi model pembelajaran POE
dengan pendekatan problem posing
terhadap minat belajar
|
Regresi model pembelajaran POE
dengan pendekatan problem posing terhadap
pemahaman
|
Koefisien a
|
14,75
|
6,48
|
Koefisien b
|
0,76
|
0,88
|
Persamaan
|
Y = 14,75 + 0,76X
|
Y= 6,49 + 0,88X
|
Berdasarkan Tabel 5,
diperoleh persamaan
(1)
Dapat
di bentuk grafik hubungan seperti pada Gambar 1.
Persamaan
(2)
Dapat
dibentuk grafik seperti pada Gambar 2.
|
|
Tabel
6. Hasil Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Linier Sederhana
|
model pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing terhadap minat belajar
|
model pembelajarn POE dengan pendekatan problem
posing terhadap pemahaman
|
||
Uji keberartian koefisien
regresi
|
Fhitung
|
67,52
|
32,56
|
|
Ftabel
|
2,24
|
2,24
|
||
kriteria
|
dk pembilang = 10, dk penyebut = 25, taraf kepercayaan 5%
koefisien korelasi berarti jika Fhitung > Ftabel
|
|||
Uji keberartian linier
|
Fhitung
|
1,22
|
0,85
|
|
Ftabel
|
2,34
|
2,34
|
||
kriteria
|
dk pembilang = 8, dk
penyebut = 25, taraf kepercayaan 5%
linier jika Fhitung
< Ftabel
|
|||
Koefisien korelasi sederhana (rxy)
|
0,82
|
0,70
|
||
Uji keberartian koefisien korelasi
|
thitung
|
8,22
|
5,71
|
|
ttabel
|
1,7
|
1,7
|
||
kriteria
|
dk = 33, taraf
kepercayaan 5%,
koefisien korelasi
signifikan jika thitung > ttabel
|
|||
Uji koefisien determinasi (rxy2)
|
67,17%
|
49,66%
|
||
Berdasarkan
Tabel 5, diperoleh persamaan regresi Y = 14,75 + 0,76X. Persamaan tersebut
linier dan berarti, Artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksir
harga Y jika X diketahui. Jika X = 0 (model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing tidak ada) masih tetap
diperoleh skor Y sebesar 14,75. Persamaan regresi juga menunjukkan jika model
pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing ditingkatkan satu skor maka minat belajarnya akan naik sebesar
0,76.
Persamaan
tersebut didapat bahwa b bernilai positif, ini menunjukkan bahwa perubahan Y
(minat) searah dengan perubahan X (model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing). Jadi nilai Y akan
meningkat jika X meningkat, sebaliknya nilai Y menurun jika X menurun. Dapat
disimpulkan bahwa minat belajar siswa akan meningkat jika digunakan model
pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing. Hal tersebut dikuatkan dengan perolehan
rata-rata minat belajar siswa dari 72,11 menjadi 76,82.
Berdasarkan
Grafik 1, besarnya pengaruh POE dengan pendekatan problem posing pada setiap siswa berbeda. Hal ini terlihat dari
persebaran yang tidak merata, artinya tidak semua siswa yang mendapatkan
pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing mengalami kenaikan minat belajar. Terbukti dari 35 siswa, 34 siswa
mengalami kenaikan minat belajar dan 1 siswa dengan
minat belajar yang tetap.
Ada
tidaknya pengaruh antara model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing ditentukan dengan rumus
koefisien korelasi sederhana. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh koefisien
korelasi sederhana rxy = 0,82. Nilai rxy ini menunjukkan
tingkat hubungan yang baik atau sangat kuat antara model pembelajaran POE
dengan pendekatan problem posing terhadap
minat belajar yaitu pada kriteria interval koefisien 0,80-1,00 (Sugiyono, 2005).
Berdasarkan
Tabel 6, uji keberartian koefisien korelasi sederhana diperoleh nilai thitung
(8,22) > ttabel (1,7). Dapat disimpulkan bahwa model POE
dengan pendekatan problem posing
berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar. Besarnya pengaruh
tersebut dapat ditentukan dengan koefisien determinasi. Berdasarkan Tabel 6, diperoleh koefisien
determinasi sebesar 67,17%. Hal ini berarti model pembelajaran tersebut
berpengaruh terhadap minat belajar siswa sebesar 67,17%, sisanya sebesar 32,83%
ditentukan oleh faktor lain seperti kurikulum dan pekerjaan rumah.
Berdasarkan
tinjauan proses pembelajaran, penerapan model pembelajaran POE dengan
pendekatan problem posing dapat digunakan untuk menumbuhkan minat belajar siswa
karena dalam pelaksanaannya metode tersebut didominasi oleh siswa sehingga
siswa lebih aktif. Saat siswa memprediksi hal yang akan mereka amati dalam
praktikum. Siswa bekerja sama dalam satu kelompok untuk dapat menjawab soal
prediksi (predict). Rata-rata siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan
pengalaman, bukan berdasarkan teori yang
ada.
Tahap
mengamati (observe) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengamati proses secara kongkrit terhadap
peristiwa yang dipelajari, adanya interasksi siswa untuk bekerjasama dan
praktikum menyebabkan proses belajar menjadi menarik dan menyenangkan. Perasaan
senang, bergairah dan semangat untuk melakukan sesuatu dalam belajar
mencerminkan kondisi seorang siswa berminat untuk belajar, hal ini dapat
terlihat dari cara siswa melaksanakan tugas yaitu dengan tidak banyak mengeluh
dan menyelesaikan tugas dari guru dengan baik.
Pada
tahap explain. Saat diskusi
berlangsung siswa bertanya dan menjawab pertanyaan dengan serius, beberapa
siswa terlihat lebih percaya diri dalam diskusi tersebut. Hal tersebut dapat
terlihat pada penilaian sikap siswa yang mencapai rata-rata 74,95. Aktifitas
siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing sudah dapat menarik
perhatian siswa sehingga menimbulkan minat dalam belajar IPA fisika. Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktifitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003:180).
Pendekatan
secara problem posing tentu tidak
membosankan dan dapat membangkitkan minat siswa, karena siswa belajar sesuai dengan tingkat berfikirnya
yaitu dengan cara membuat soal. Selain itu, pendekatan problem posing
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih sikap sosial karena dalam
proses pembelajaran siswa bekerja dalam kelompok. Siswa juga dilatih untuk
dapat menghargai pendapat orang lain. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Safitri (2008) yang menyatakan pembelajaran dengan
pendekatan problem posing dapat
meningkatkan social skill.
Menurut
Surya (2004), guru harus punya teknik mengajar fisika yang baik sehingga siswa
tidak takut dengan fisika, melainkan fisika menjadi pelajaran yang
menyenangkan. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu
upaya guru untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Artinya minat belajar dapat
ditumbuhkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ma’sumah (2009) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran physics fun
berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
Berdasarkan
Tabel 5, diperoleh persamaan regresi Y = 6,49 + 0,88X. Berdasarkan Grafik 2,
besarnya pengaruh POE dengan pendekatan problem posing pada setiap siswa
berbeda. Hal ini terlihat dari persebaran yang tidak merata, artinya tidak
semua siswa yang mendapatkan pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing
menghasilkan pemahaman kognitif yang sama.
Hasil uji
keberartian dan kelinieran regresi sederhana menyatakan bahwa persamaan linier tersebut
berarti. Artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksir harga Y jika
X diketahui. Jika X = 0 (model pembalajaran POE dengan pendekatan problem
posing tidak ada) masih tetap diperoleh skor Y sebesar 6,49. Persamaan regresi
juga menunjukkan jika model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing
ditingkatkan satu skor maka pemahaman siswa akan naik sebesar 0,88.
Persamaan
tersebut didapat bahwa b bernilai positif, ini menunjukkan bahwa perubahan Y
(pemahaman) searah dengan perubahan X (model pembelajaran POE dengan pendekata
problem posing). Jadi nilai Y akan meningkat jika X meningkat, sebaliknya nilai
Y menurun jika X akan menurun. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa akan
meningkat jika digunakan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing.
Ada tidaknya
pengaruh antara model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap pemahaman ditentukan dengan rumus koefisien
korelasi sederhana. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh koefisien korelasi
sederhana rxy = 0,70. Nilai rxy ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat
antara model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap
pemahaman baik yaitu pada kriteria interval koefisien 0,60-0,799 (Sugiyono,
2005).
Dari hasil
perhitungan mengunakan uji kebrartian koefisien korelasi sederhana diperoleh
nilai thitung (5,71) > ttabel (1,7). Dapat disimpulkan
bahwa model POE dengan pendekatan problem posing berpengaruh secara signifikan
terhadap pemahaman. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditentukan dengan koefisien
determinasi. Berdasarkan perhitungan, diperoleh koefisien determinasi sebesar
49,66%. Hal ini berarti model pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap
pemahaman siswa sebesar 49,66%, sisanya sebesar 50,34% ditentukan oleh faktor
lain seperti (1) suasana hati, (2) motivasi, (3) minat dan (4) kebiasaan
belajar. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Rini (2009) yaitu model pembelajaran POE dengan pendekatan
ketrampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan penelitian yang
dilakukan oleh Astuti (2010) yaitu Penggunaan model pembelajaran POE bervisi
SETS berpengaruh sebesar 29% terhadap hasil belajar SMA Negeri 1 Salatiga pokok
bahasan reaksi redoks.
Sesuai
dengan Tabel 4.2, rata-rata pemahaman kelas eksperimen sebesar 78,78, dengan
ketuntasan belajar pada kelas eksperimen mencapai 86% sedangkan pada kelas
kontrol rata-rata pemahamannya 71,83, dengan ketuntasan belajar sebesar 69%.
Artinya, dengan KKM 71 kelas eksperimen sudah mencapai rata-rata belajar secara
klasikal, sedangkan kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal.
Berdasarkan
Tabel 6, thitung > ttabel, hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata peningkatan pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda
signifikan atau dapat diartikan rata-rata pemahaman kelas eksperimen lebih baik
dari pada rata-rata pemahaman kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing berpengaruh positif yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Berdasarkan
tinjauan proses pembelajaran, tahap prediksi yang berfungsi untuk mengetahui
pemahaman awal siswa, rata-rata siswa memprediksi berdasarkan pengalaman yang
mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari, bukan berdasrkan teori yang ada.
Pada tahap
mengamati (observe), siswa mengamati
dengan cara praktikum kelompok, membuat pertanyaan sekaligus menjawabnya (problem posing). Pelakasanaan praktikum pada kelas eksperimen
merupakan upaya pembelajaran secara langsung dan kongkrit, siswa melaksanakan
sendiri dan mendapatkan pengalaman dari praktikum tersebut. Siswa mengkonstrusi
pemahaman lewat pengalaman yang mereka alami dalam praktikum. Siswa
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya
pengetahuan yang baru dipadukan dengan pengetahuan lama mereka (Mayyer et al,
2010). Pengetahuan baru diperoleh dengan jalan mengamati pada saat praktikum,
pengetahuan awal mereka terlihat dari pertanyaan lembar prediksi yang mereka
jawab. Hal ini sesuai dengan penelitian Treagust dan Chandrasegaran (2005)
yaitu, siswa mampu membangun pemahaman secara mandiri setelah belajar
menggunakan model POE.
Pendekatan problem posing yang diterapkan pada
kelas eksperimen dapat melatih siswa bersikap kritis dan belajar sesuai dengan
tingkat berfikirnya (Siswono, 2005). Masing-masing kelompok diminta untuk membuat pertanyaan, isi
pertanyaan dari masing-masing kelompok sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki
siswa, baik pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil pengamatan ataupun
pengetahuan yang mereka dapat dari lainnya seperti buku. Akan tetapi,
pertanyaan yang dibuat rata-rata berkaitan dengan hal yang siswa amati dalam
praktikum.
Tahap
menjelaskan, siswa dengan bimbingan guru mendiskusikan hasil prediksi, hasil
pengamatan (observe) dan hasil dari
pertanyaan yang mereka buat sekaligus mereka jawab. Sangat terlihat sekali
siswa yang aktif dalam diskusi kelas, mereka sangat antusias untuk menjawab
pertanyaan serta menjelaskan alasan dari hasil prediksi dan pengamatan.
Pembelajaran
IPA siswa dituntut untuk aktif, yaitu siswa aktif secara fisik (hands on) juga secara akal (minds on) (Djojosoediro, 2005). Pada kelas eksperiman, penerapan
model pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing, siswa aktif secara fisik dengan melaksanakan praktikum dan siswa
aktif secara akal yaitu dengan memprediksi, membuat pertanyaan, menjawab
pertanyaan. Saat siswa aktif secara akal berarti siswa berusaha untuk memahami
yaitu apabila mereka berusaha untuk mengkonstruksi makna dari pesan-pesan
pembelajaran sehingga memperoleh pemahaman. Pesan-pesan dalam pembelajaran
tersebut berupa praktikum kelompok, penjelasan-penjelasan yang didapat dalam
diskusi. Keaktifan siswa pada kelas eksperimen juga dapat dilihat dari nilai
rata-rata unjuk kerja yaitu 79,71
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran POE
dengan pendekatan problem posing berpengaruh positif terhadap minat belajar dan
pemahaman siswa SMP Ma’arif NU 1 Ajibarang tahun ajaran 2011/2012 pada pokok
bahasan tekanan. Besarnya pengaruh model tersebut terhadap minat belajar adalah
67,17% dan 49,66% terhadap pemahaman siswa.
Saran
yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu guru dapat menggunakan model
pembelajaran POE dengan pendekatan problem
posing untuk alternatif solusi guna menumbuhkan minat dan meningkatkan
hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A. P. 2010. Pengaruh Menggunakan Pendekatan POE
(predict-observe-expalian) Bervisi SETS Pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks
Terhadap Hasil Belajar SMA Negeri 1 Salatiga. Skripsi. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
Djojosoediro, W. 2005. Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=djojosoediro+wasih+pengembangan+dan+pembelajaran+IPA+sd&source=web&cd=1&ved=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Ftpardede.wikispaces.com [diakses 15-12-2011]
Mayer, R. E., M Wittrock dan P. R.
Pintrich 2010. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mthembu,
Zuziwe. 2002. Using the Predict-Observe-Explain Technique to Enhance the
Students’ Understanding of Chemical Reactions. Short Report on pilot study. South Africa:
University of Natal. Tersedia di
http://www.aare.edu.au/01pap/mth01583.htm
[diakses 28-02-2011]
Rini, M. P. Candra. 2009. Penerapan Metode Pembelajaran PROBEX
(predict-observe-explain) dengan pendekatan ketrampilan proses untuk
meningkatkan hasil belajar di SMP. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas
Negeri Semarang.
Safitri, Awang. 2008. Penerapan pendekatan problem posing untuk
meningkatkan social skill dan hasil
belajar biologi siswa kelas VIII-B SMP Sri Wedari Malang .Skripsi. Malang:
Universitas Negeri Malang. http://www.mulok.library.um.ac.id/home.php?s_data=Skripsi&id...b...3[diakses
28-2-2012].
Siswono, T. 2005. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan dan SAINS FMIPA.
Universitas Negeri Yogyakarta Halaman 1-9. Tersedia di http://tatagyuli.cv.unesa.ac.id/publikasi
[diakses 25-02-2011]
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Sulistiyowati, I. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Permainan Kartu dengan Menggunakan Media
Ular Tangga Terhadap Pemahaman Fisika Siswa SMP Kelas VII Semester I.
Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Surya, Y. 2004. Mengangkat Indonesia Melalui Fisika. Tersedia di http://www.sinarharapan.com/Yohanes Surya _ Mengangkat Indonesia Melalui
Fisika.html. [diakses 17-12-2011]
Treagust, D dan A. Chandrasegaran. 2005. Editorial The importance of
demonstrations in chemistry. Australian Journal Education Chemistry.
Australian: University of Technology. Tersedia di www.raci.org.au/.../asset/.../ausjec_issue65.pdf [diakses 23-06-2012]
Wiyanto.2008.
Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan
Kompetensi Laboratorium. Semarang : UNNES.