Wednesday, March 21, 2012

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN PEMAHAMAN IPA SISWA SMP


PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN DENGAN PENDEKATAN
PROBLEM POSING TERHADAP MINAT BELAJAR
DAN PEMAHAMAN IPA SISWA SMP


I. Istiana, Hartono, P. Dwijananti

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang,
Semarang, Indonesia


Abstrak
Guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru membangkitkan minat belajar siswanya. Model pembelajaran POE (predict-observe-explain) dengan pendekatan problem posing merupakan upaya pembelajaran secara kongkret untuk menumbuhkan minat belajar siswa sehingga memperoleh pemahaman yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap minat belajar dan pemahaman. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran ceramah, diskusi dan tanya jawab. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, tes, observasi dan angket. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing berpengaruh positif terhadap minat belajar dan pemahaman siswa.
Kata kunci: minat, pemahaman, POE (predict-observe-explain) dan problem posing.

Abstract
Teachers have responsible for making teaching and learning system that works so well. The success of teaching and learning activities, depends on the teacher’s effort to improve student’s learning interest. Learning method POE (predict-observe-explain) with problem posing approach learning in a concrete effort to foster interest in learning so that students gain a good comperehension. This research aims to analyze the influence learning method POE with problem posing approach to interest in learning and comprehension. This research uses an experimental method. In the experimental class applied learning model POE with problem posing approach, while the learning method applied to the control class lectures, discussion and question and answer. Data collected by the technique of documentation, testing, observation and questionnaires. Based on the results of research, learning model POE with problem posing approach positively affected students' interest in learning and comprehension.
Keywords: interest, comprehension, POE (predict-observe-explian), and problem posing.

PENDAHULUAN

Belajar IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip akan tetapi siswa melakukan suatu proses penemuan. Belajar IPA merupakan proses aktif, keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA. Namun, pada kenyataannya tidak semua harapan dalam proses belajar IPA dapat terwujud. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru IPA  SMP Ma’arif NU 1 Ajibarang ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam mata pelajaran IPA yang disebabkan kelemahan siswa dalam belajar IPA. Pertama, kurangnya keterlibatan siswa, komunikasi dan kerjasama dalam proses belajar mengajar. Kedua, siswa cenderung untuk mencontoh temannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan guru. Ketiga, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, hal tersebut terlihat pada nilai rata-rata mata pelajaran IPA fisika adalah 68, sedangkan KKM untuk IPA yaitu 71.
Hasil belajar siswa rendah juga disebabkan kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Slameto (2003) menyebutkan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya minat siswa untuk belajar IPA yaitu model pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran kurang menarik siswa. Menurut Wiyanto (2003) dalam mengajarkan Sains, guru sering menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan observasi awal di sekolah, pelaksanaan pembelajaran cenderung kurang melibatkan siswa, siswa kurang berani bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Hal yang paling sering dikeluhkan siswa adalah kehadiran rumus-rumus yang begitu banyak dan susah diingat disebabkan karena penyampaian konsep IPA yang abstrak. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa siswa tidak tuntas dalam pembelajaran IPA sehingga dibutuhkan model pembelajaran baru yang dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang ada dalam pembelajaran IPA. Salah satu alternatif model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing.
Model Pembelajaran POE adalah metode pembelajaran yang menggali pemahaman siswa melalui tiga tahapan yaitu memprediksi hal yang akan terjadi, membuktikan prediksi melalui pengamatan dan menjelaskan dari apa yang telah diprediksi dan diamati (Mthembu, 2002). Metode tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara kongkrit, sehingga siswa memiliki pemahaman yang benar dan kuat terhadap materi yang dipelajari. Namun, metode tersebut kurang melatih siswa untuk membuat masalah yang diwujudkan dalam bentuk soal, sehingga dibutuhkan pendekatan yang dapat menutupi kekurangan dari model POE. Pendekatan yang cocok dengan model tersebut adalah pendekatan problem posing.
Problem posing intinya meminta siswa untuk membuat atau mengajukan masalah (soal) baru sebelum, selama, atau sesudah menyelesaikan masalah awal yang diberikan. Jenis soal yang diajukan siswa adalah mengenai materi dari pembelajaran yang diperoleh (Siswono, 2005). Pengetahuan siswa dengan pendekatan ini dapat dikembangkan dari yang sederhana hingga pengetahuan yang kompleks. Selain itu, siswa akan belajar sesuai dengan tingkat berfikirnya. Mereka akan belajar dengan problem posing sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Walaupun begitu, pendekatan problem posing memiliki kekurangan yaitu materi yang disampaikan dalam pembelajaan sedikit karena siswa lebih dituntut untuk membuat soal dan menyelesaikannya dan pembelajaran masih bersifat abstrak. Oleh karena itu, dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, sangat cocok jika model pembelajaran POE digabungkan dengan pendekatan problem posing sehingga dapat digunakan untuk alternatif solusi dari masalah yang telah dipaparkan.
Model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing  adalah model pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu memprediksi (predict), mengamati (observe), dan menjelaskan (explain), dimana kegiatan problem posing dapat dilakukan dengan membuat pertanyaan dan menjawab  pertanyaan setelah siswa melaksanakan observasi (observe). Adapun keunggulan yang dimiliki dari  metode POE dengan pendekatan problem posing  adalah (1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati proses secara kongkrit terhadap peristiwa yang dipelajari sehingga akan menumbuhkan pemahaman yang kuat terhadap konsep materi yang mereka pelajari. (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengajukan masalah lewat membuat soal serta menyelesaikannya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. (3) Pembelajaran didominasi oleh siswa sehingga dapat membangkitkan kreatifitas serta keaktifan dan dapat menumbuhkan minat pada diri siswa. (4) Melatih siswa untuk bersikap ilmiah dan dan berpikir kritis. (5) Membantu guru untuk mencapai tujuan yang lebih efektif dan efisien.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penerapan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap minat belajar dan pemahaman siswa SMP pada mata pelajaran IPA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan model pembelajaran dengan pendekatan problem posing terhadap  minat belajar dan pemahaman  siswa dalam pembelajaran IPA.

METODE
Populasi penelitian adalah semua siswa kelas VIII Smp Ma’arif NU 1 Ajibarang tahun ajaran 2011/2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik random. Sampel diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIC sebagai kelas kontrol. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah control group pretest–postest design.


Tabel.1 Desain Penelitian

Kelompok
Pre-test
Perlakuan
Post-test
eksperimen
tes awal
model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing
tes akhir
kontrol
tes awal
model pembelajaran ceramah, diskusi dan tanya jawab
tes akhir


Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi, tes, observasi dan angket. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan daftar nama siswa dan daftar nilai ulangan harian. Metode tes mengukur pemahaman siswa mengenai materi tekanan. Test yang digunakan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda. Metode observasi digunakan untuk mengukur unjuk kerja dan sikap siswa. Metode angket dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam yaitu  (1) angket minat, berguna untuk mengetahui minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan pada awal sebelum mendapat perlakuan dan akhir setelah mendapatkan perlakuan. (2) angket refleksi, berguna untuk mengetahui ketertarikan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk memperoleh instrumen yang sesuai dengan yang diharapkan maka sebelum digunakan untuk penelitian dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Data yang diperoleh dari penelitian berupa pemahaman dan minat belajar kemudian dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dua varians, uji ketuntasan pemahaman, uji perbedaan dua rata-rata, uji regresi linier sederhana.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Hasil Pengukuran Minat Belajar

Prosentase Nilai
Kriteria minat
Kelas eksperimen
Kelas Kontrol
Awal
Akhir
Awal
Akhir
85,00% - 100,00%
Sangat tinggi
-
5

1
69,00% - 84,99 %
Tinggi
20
25
26
27
53,00% - 68,99%
Sedang
15
5
10
8
37,00% - 52,99%
Rendah
-
-
-
-
25,00% - 36,99%
sangat rendah
-
-
-
-
Jumlah siswa
35
35
36
36
Rata-rata
72,11
76,82
71,94
73,92
Nila maksimum
82,5
88,75
78,75
85
Nilai minimum
63,75
67,5
63,75
65

Tabel 3.  Hasil Tes Pemahaman Siswa


eksperimen
kontrol
pretes
postes
Pretes
postes
Nilai tertinggi
64,29
96,42
64,29
85,71
Nilai terendah
25
64,29
25
53,57
Rata-rata
41,33
78,78
44,54
71,83
Perubahan
37,45
27,28
Ketuntasan
86%
69%

Tabel 4. Hasil Penilaian Unjuk Kerja dan Sikap Siswa


Unjuk kerja
Sikap
Rata-rata nilai kelas eksperimen
79,19
79,52
Rata-rata nilai kelas kontrol
76,25
76,80

Tabel 5. Hasil Persamaan Regresi


Regresi model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap minat belajar
Regresi model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap pemahaman
Koefisien a
14,75
6,48
Koefisien b
0,76
0,88
Persamaan
Y = 14,75 + 0,76X
Y= 6,49 + 0,88X


Berdasarkan Tabel 5, diperoleh persamaan
                            (1)
Dapat di bentuk grafik hubungan seperti pada Gambar 1.
Persamaan
                           (2)
Dapat dibentuk grafik seperti pada Gambar 2.











Gambar 1. Grafik hubungan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing  terhadap minat belajar
 
Gambar 2. Grafik hubungan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing  terhadap pemahaman
 
 





Tabel 6. Hasil Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Linier Sederhana



model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap minat belajar
model pembelajarn POE dengan pendekatan problem posing terhadap pemahaman
Uji keberartian koefisien regresi
Fhitung
67,52
32,56
Ftabel
2,24
2,24
kriteria
dk pembilang = 10, dk penyebut = 25, taraf kepercayaan 5%
koefisien korelasi berarti jika Fhitung > Ftabel
Uji keberartian linier
Fhitung
1,22
0,85
Ftabel
2,34
2,34
kriteria
dk pembilang = 8, dk penyebut = 25, taraf kepercayaan 5%
linier jika Fhitung < Ftabel
Koefisien korelasi sederhana (rxy)
0,82
0,70
Uji keberartian koefisien korelasi
thitung
8,22
5,71
ttabel
1,7
1,7
kriteria
dk = 33, taraf kepercayaan 5%,
koefisien korelasi signifikan jika thitung > ttabel
Uji koefisien determinasi (rxy2)
67,17%
49,66%


Berdasarkan Tabel 5, diperoleh persamaan regresi Y = 14,75 + 0,76X. Persamaan tersebut linier dan berarti, Artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksir harga Y jika X diketahui. Jika X = 0 (model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing tidak ada) masih tetap diperoleh skor Y sebesar 14,75. Persamaan regresi juga menunjukkan jika model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing ditingkatkan satu skor maka minat belajarnya akan naik sebesar 0,76.
Persamaan tersebut didapat bahwa b bernilai positif, ini menunjukkan bahwa perubahan Y (minat) searah dengan perubahan X (model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing). Jadi nilai Y akan meningkat jika X meningkat, sebaliknya nilai Y menurun jika X menurun. Dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa akan meningkat jika digunakan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing. Hal tersebut dikuatkan dengan perolehan rata-rata minat belajar siswa dari 72,11 menjadi 76,82.
Berdasarkan Grafik 1, besarnya pengaruh POE dengan pendekatan problem posing pada setiap siswa berbeda. Hal ini terlihat dari persebaran yang tidak merata, artinya tidak semua siswa yang mendapatkan pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing mengalami kenaikan minat belajar. Terbukti dari 35 siswa, 34 siswa mengalami kenaikan minat belajar dan 1 siswa dengan minat belajar yang tetap.
Ada tidaknya pengaruh antara model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing ditentukan dengan rumus koefisien korelasi sederhana. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh koefisien korelasi sederhana rxy = 0,82. Nilai rxy ini menunjukkan tingkat hubungan yang baik atau sangat kuat antara model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap minat belajar yaitu pada kriteria interval koefisien 0,80-1,00 (Sugiyono, 2005).
Berdasarkan Tabel 6, uji keberartian koefisien korelasi sederhana diperoleh nilai thitung (8,22) > ttabel (1,7). Dapat disimpulkan bahwa model POE dengan pendekatan problem posing berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditentukan dengan koefisien determinasi. Berdasarkan Tabel 6, diperoleh koefisien determinasi sebesar 67,17%. Hal ini berarti model pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap minat belajar siswa sebesar 67,17%, sisanya sebesar 32,83% ditentukan oleh faktor lain seperti kurikulum dan pekerjaan rumah.
Berdasarkan tinjauan proses pembelajaran, penerapan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing dapat digunakan untuk menumbuhkan minat belajar siswa karena dalam pelaksanaannya metode tersebut didominasi oleh siswa sehingga siswa lebih aktif. Saat siswa memprediksi hal yang akan mereka amati dalam praktikum. Siswa bekerja sama dalam satu kelompok untuk dapat menjawab soal prediksi (predict). Rata-rata siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan pengalaman,  bukan berdasarkan teori yang ada.
Tahap mengamati (observe) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati proses secara kongkrit terhadap peristiwa yang dipelajari, adanya interasksi siswa untuk bekerjasama dan praktikum menyebabkan proses belajar menjadi menarik dan menyenangkan. Perasaan senang, bergairah dan semangat untuk melakukan sesuatu dalam belajar mencerminkan kondisi seorang siswa berminat untuk belajar, hal ini dapat terlihat dari cara siswa melaksanakan tugas yaitu dengan tidak banyak mengeluh dan menyelesaikan tugas dari guru dengan baik.
Pada tahap explain. Saat diskusi berlangsung siswa bertanya dan menjawab pertanyaan dengan serius, beberapa siswa terlihat lebih percaya diri dalam diskusi tersebut. Hal tersebut dapat terlihat pada penilaian sikap siswa yang mencapai rata-rata 74,95. Aktifitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing sudah dapat menarik perhatian siswa sehingga menimbulkan minat dalam belajar IPA fisika. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003:180).
Pendekatan secara problem posing tentu tidak membosankan dan dapat membangkitkan minat siswa, karena siswa  belajar sesuai dengan tingkat berfikirnya yaitu dengan cara membuat soal. Selain itu, pendekatan problem posing memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih sikap sosial karena dalam proses pembelajaran siswa bekerja dalam kelompok. Siswa juga dilatih untuk dapat menghargai pendapat orang lain. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2008) yang menyatakan pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat meningkatkan social skill.
Menurut Surya (2004), guru harus punya teknik mengajar fisika yang baik sehingga siswa tidak takut dengan fisika, melainkan fisika menjadi pelajaran yang menyenangkan. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu upaya guru untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Artinya minat belajar dapat ditumbuhkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ma’sumah (2009) yang menyatakan bahwa model pembelajaran physics fun berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh persamaan regresi Y = 6,49 + 0,88X. Berdasarkan Grafik 2, besarnya pengaruh POE dengan pendekatan problem posing pada setiap siswa berbeda. Hal ini terlihat dari persebaran yang tidak merata, artinya tidak semua siswa yang mendapatkan pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing menghasilkan pemahaman kognitif yang sama.
Hasil uji keberartian dan kelinieran regresi sederhana menyatakan bahwa persamaan linier tersebut berarti. Artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksir harga Y jika X diketahui. Jika X = 0 (model pembalajaran POE dengan pendekatan problem posing tidak ada) masih tetap diperoleh skor Y sebesar 6,49. Persamaan regresi juga menunjukkan jika model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing ditingkatkan satu skor maka pemahaman siswa akan naik sebesar 0,88.
Persamaan tersebut didapat bahwa b bernilai positif, ini menunjukkan bahwa perubahan Y (pemahaman) searah dengan perubahan X (model pembelajaran POE dengan pendekata problem posing). Jadi nilai Y akan meningkat jika X meningkat, sebaliknya nilai Y menurun jika X akan menurun. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa akan meningkat jika digunakan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing.
Ada tidaknya pengaruh antara model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap pemahaman ditentukan dengan rumus koefisien korelasi sederhana. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh koefisien korelasi sederhana rxy = 0,70. Nilai rxy ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat antara model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing terhadap pemahaman baik yaitu pada kriteria interval koefisien 0,60-0,799 (Sugiyono, 2005).
Dari hasil perhitungan mengunakan uji kebrartian koefisien korelasi sederhana diperoleh nilai thitung (5,71) > ttabel (1,7). Dapat disimpulkan bahwa model POE dengan pendekatan problem posing berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditentukan dengan koefisien determinasi. Berdasarkan perhitungan, diperoleh koefisien determinasi sebesar 49,66%. Hal ini berarti model pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap pemahaman siswa sebesar 49,66%, sisanya sebesar 50,34% ditentukan oleh faktor lain seperti (1) suasana hati, (2) motivasi, (3) minat dan (4) kebiasaan belajar.  Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rini (2009) yaitu model pembelajaran POE dengan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yaitu Penggunaan model pembelajaran POE bervisi SETS berpengaruh sebesar 29% terhadap hasil belajar SMA Negeri 1 Salatiga pokok bahasan reaksi redoks.
Sesuai dengan Tabel 4.2, rata-rata pemahaman kelas eksperimen sebesar 78,78, dengan ketuntasan belajar pada kelas eksperimen mencapai 86% sedangkan pada kelas kontrol rata-rata pemahamannya 71,83, dengan ketuntasan belajar sebesar 69%. Artinya, dengan KKM 71 kelas eksperimen sudah mencapai rata-rata belajar secara klasikal, sedangkan kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Berdasarkan Tabel 6, thitung > ttabel, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan atau dapat diartikan rata-rata pemahaman kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata pemahaman kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing berpengaruh positif yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Berdasarkan tinjauan proses pembelajaran, tahap prediksi yang berfungsi untuk mengetahui pemahaman awal siswa, rata-rata siswa memprediksi berdasarkan pengalaman yang mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari, bukan berdasrkan teori yang ada.
Pada tahap mengamati (observe), siswa mengamati dengan cara praktikum kelompok, membuat pertanyaan sekaligus menjawabnya (problem posing).  Pelakasanaan praktikum pada kelas eksperimen merupakan upaya pembelajaran secara langsung dan kongkrit, siswa melaksanakan sendiri dan mendapatkan pengalaman dari praktikum tersebut. Siswa mengkonstrusi pemahaman lewat pengalaman yang mereka alami dalam praktikum. Siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya pengetahuan yang baru dipadukan dengan pengetahuan lama mereka (Mayyer et al, 2010). Pengetahuan baru diperoleh dengan jalan mengamati pada saat praktikum, pengetahuan awal mereka terlihat dari pertanyaan lembar prediksi yang mereka jawab. Hal ini sesuai dengan penelitian Treagust dan Chandrasegaran (2005) yaitu, siswa mampu membangun pemahaman secara mandiri setelah belajar menggunakan model POE.
Pendekatan problem posing yang diterapkan pada kelas eksperimen dapat melatih siswa bersikap kritis dan belajar sesuai dengan tingkat berfikirnya (Siswono, 2005). Masing-masing kelompok  diminta untuk membuat pertanyaan, isi pertanyaan dari masing-masing kelompok sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, baik pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil pengamatan ataupun pengetahuan yang mereka dapat dari lainnya seperti buku. Akan tetapi, pertanyaan yang dibuat rata-rata berkaitan dengan hal yang siswa amati dalam praktikum.
Tahap menjelaskan, siswa dengan bimbingan guru mendiskusikan hasil prediksi, hasil pengamatan (observe) dan hasil dari pertanyaan yang mereka buat sekaligus mereka jawab. Sangat terlihat sekali siswa yang aktif dalam diskusi kelas, mereka sangat antusias untuk menjawab pertanyaan serta menjelaskan alasan dari hasil prediksi dan pengamatan.
Pembelajaran IPA siswa dituntut untuk aktif, yaitu siswa aktif secara fisik (hands on)  juga secara akal (minds on) (Djojosoediro, 2005). Pada kelas eksperiman, penerapan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing, siswa aktif secara fisik dengan melaksanakan praktikum dan siswa aktif secara akal yaitu dengan memprediksi, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan. Saat siswa aktif secara akal berarti siswa berusaha untuk memahami yaitu apabila mereka berusaha untuk mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran sehingga memperoleh pemahaman. Pesan-pesan dalam pembelajaran tersebut berupa praktikum kelompok, penjelasan-penjelasan yang didapat dalam diskusi. Keaktifan siswa pada kelas eksperimen juga dapat dilihat dari nilai rata-rata unjuk kerja yaitu 79,71

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing berpengaruh positif terhadap minat belajar dan pemahaman siswa SMP Ma’arif NU 1 Ajibarang tahun ajaran 2011/2012 pada pokok bahasan tekanan. Besarnya pengaruh model tersebut terhadap minat belajar adalah 67,17% dan 49,66% terhadap pemahaman siswa.
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu guru dapat menggunakan model pembelajaran POE dengan pendekatan problem posing untuk alternatif solusi guna menumbuhkan minat dan meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A. P. 2010. Pengaruh Menggunakan Pendekatan POE (predict-observe-expalian) Bervisi SETS Pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks Terhadap Hasil Belajar SMA Negeri 1 Salatiga. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Mayer, R. E., M Wittrock dan P. R. Pintrich 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mthembu, Zuziwe. 2002. Using the Predict-Observe-Explain Technique to Enhance the Students’ Understanding of Chemical Reactions. Short Report on pilot study. South Africa: University of Natal. Tersedia di http://www.aare.edu.au/01pap/mth01583.htm   [diakses 28-02-2011]
Rini, M. P. Candra. 2009. Penerapan Metode Pembelajaran PROBEX (predict-observe-explain) dengan pendekatan ketrampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar di SMP. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Safitri, Awang. 2008. Penerapan pendekatan problem posing untuk meningkatkan social  skill dan hasil belajar biologi siswa kelas VIII-B SMP Sri Wedari Malang .Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang. http://www.mulok.library.um.ac.id/home.php?s_data=Skripsi&id...b...3[diakses 28-2-2012].
Siswono, T. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan dan SAINS FMIPA. Universitas Negeri Yogyakarta Halaman 1-9. Tersedia di http://tatagyuli.cv.unesa.ac.id/publikasi [diakses 25-02-2011]
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Sulistiyowati, I. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Permainan Kartu dengan Menggunakan Media Ular Tangga Terhadap Pemahaman Fisika Siswa SMP Kelas VII Semester I. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Surya, Y. 2004. Mengangkat Indonesia Melalui Fisika. Tersedia di http://www.sinarharapan.com/Yohanes Surya _ Mengangkat Indonesia Melalui Fisika.html. [diakses 17-12-2011]
Treagust, D dan A. Chandrasegaran. 2005. Editorial The importance of demonstrations in chemistry. Australian Journal Education Chemistry. Australian: University of Technology. Tersedia di www.raci.org.au/.../asset/.../ausjec_issue65.pdf  [diakses 23-06-2012]
Wiyanto.2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang : UNNES.